Jenis Jenis Belajar
Jenis jenis belajar - Siswa dalam kegiatan belajar atau usaha memperoleh ilmu pengetahuan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. perbedaan cara belajar ini dapat dikualifikasikan dalam berbagai macam jenis belajar. Robert M. Gagne  mengkualifikasikan jenis-jenis belajar sebagai berikut :

1). Belajar sinyal (signal learning)
Belajar sinyal merupakan belajar tanpa kesengajaan yang dihasilkan dari suatu contoh tunggal atau sejumlah pengulangan stimulus yang akan menimbulkan respon emosi pada setiap individu. Atau bisa juga dikatakan belajar sinyal merupakan belajar emosional. Belajar sinyal tidak mudah dikontrol oleh siswa, namun pengaruhnya sangat besar terhadap tindakannya.

Oleh karena itu guru harus bisa membentuk stimulus-stimulus yang dapat menimbulkan emosi yang menyenangkan bagi siswa dan siswa mengaitkan situasi yang menyenangkan tersebut dengan belajar.

2). Belajar secara stimulus-respon (stimulus respon learning)
Belajar stimulus-respon juga merupakan belajar respon terhadap sinyal tetapi bentuknya berbeda dengan belajar sinyal. Perbedaanya belajar S-R , sengaja dan secara fisik, menghendaki suatu stimulus dari luar yang menyebabkan otot-otot terangsang dan kemudian menimbulkan respon yang dikehendaki. Sedangkan belajar sinyal tidak disengaja dan emosional.

3). Perantaian (chaining)
Perantaian merupakan keterkaiatan sequensial dari dua atau lebih aksi S-R non verbal yang telah dipelajari sebelumnya. Belajar dapat terdiri dari respon verbal dan non verbal. Menurut Gagne (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002:63), menyebut rangkaian aksi S-R non verbal sebagai perantaian (chaining) dan rangkaian aksi S-R yang verbal sebagai asosiasi verbal (verbal association).
Rangkaian terjadi apabila siswa mempelajari setiap mata rantai S-R yang diperlukan dalam perantaian, kemudian menolong siswa dengan menyusun semua S-R dalam rangkaian yang benar.

4). Asosiasi verbal (verbal asosiation)
Asosiasi verbal merupakan penggabungan berangkai dari dua atau lebih aksi S-R verbal yang telah dipelajari sebelumnya. Tipe belajar yang paling sederhana dari asosiasi verbal adalah dengan menghubungkan benda dengan namanya. Sedangkan bentuk asosiasi verbal yang lebih kompleks adalah pembentukan kalimat, mengingat suatu karakter dalam suatu permainan dan mempelajari bahasa asing.
Asosiasi verbal yang efisien menghendaki penggunaan penghubung mata rantai mental yang bertindak sebagai kode-kode dan yang bisa berupa verbal, pendengaran atau bayangan visual.

5). Belajar diskriminan (discrimination learning)
Belajar diskriminan merupakan belajar mengenal berbagai obyek fisik dan obyek konseptual. Lebih jelasnya belajar diskriminan merupakan belajar membedakan hubungan S-R agar dapat memahami obyek fisik dan konsep. Jenis dari diskriminasi ada dua yaitu diskriminasi tunggal (single discrimination) dan diskriminasi ganda (multiple discrimination).

Apabila penguatan tidak diperhatikan dalam belajar S-R, pemunahan (extinction) atau eliminasi (elimination) dari rantai akan terjadi. Sebagai contoh: seorang siswa yang diberi pekerjaan rumah oleh gurunya. Jika siswa tersebut tidak diberitahu, apakah pekerjaannya benar atau salah, maka respon yang benar mungkin akan hilang dan respons yang tidak benar mungkin akan menghambat belajar respon yang benar.


6). Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep merupakan belajar mengenal sifat-sifat bersama dari obyek-obyek atau kejadian konkrit dan merespons obyek-obyek atau kejadian tersebut menjadi menjadi satu kelompok. Dalam mengajar suatu konsep baru matematika perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a). Mengetengahkan berbagai contoh berbeda dari suatu konsep, untuk memudahkan generalisasi.
b). Menunjukkan contoh konsep yang berbeda tetapi berhubungan dengan konsep yang diajarkan, untuk membantu diskriminasi.
c). Mengetengahkan bukan contoh dari konsep, untuk memperbaiki generalisasi dan diskriminasi
d). Menghindari mengetengahkan contoh dari konsep yang semua sifatnya sama, sehingga menghambat pengklasifikasian sempurna dari contoh-contoh konsep.

7). Belajar aturan (rule learning)
Belajar aturan merupakan kemampuan merespon semua kumpulan situasi dengan kumpulan tindakan. Seseorang dikatakan telah belajar aturan bila orang tersebut mengikuti aturan dalam perilakunya.

8). Pemecahan masalah ( problem solving)
Pemecahan masalah merupakan tipe belajar dengan urutan yang lebih tinggi dan kompleks dari tipe belajar aturan. Pemilikan aturan merupakan prasyarat bagi pemecahan masalah. Pemecahan masalah meliputi menyeleksi dan menyusun aturan-aturan secara unik dan menghasilkan aturan yang sebelumnya belum diketahui oleh siswa. Aturan baru ini yang kemudian digunakan untuk menyelesaikann masalah.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa jenis-jenis belajar yang dipilih oleh siswa dapat menentukan keberhasilan belajar. Sedangkan hasil yang diperoleh selama proses belajar dapat menentukan prestasi belajar siswa.